Sunday 5 December 2010

PROBLEMATIKA DALAM FILSAFAT ILMU

Ilustrasi : Prolematika filsafat ilmu
Problem Rasionalisasi Ilmu Pengetahuan
Rasionalisasi lebih tepat diterapkan terhadap pengetahuan yang tidak ilmiah dan irasional, meskipun semua pengetahuan memerlukan rasionalisasi. Pembuktian-pembuktian ilmiah mrupakan salah satu upaya rasionalisasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Filsafat ilmu lebih mengedapankan penggalian ontologis dalam melakukan rasionalisasi, sehingga pembenaran terhadap pengetahuan dicirikan oleh pendekatan logika. Oleh karena itu, problematika pertama dalam filsafat ilmu terletak pada penerapan logika. Jika logikanya tumpul, belajar filsafat lebih cepat bingung daripada mengerti. Berbeda dengan yang memiliki ketajaman logika, belajar filsafat ilmu terasa nikmat dan mengaysikkan, sambil tertawa-tawa memertawakan kebodohan logika kita sendiri.
Ketajaman logika haruslah diasah terus-menerus, karena belajar filsafat bukanlah sekedar membaca buku filsafat, menghafal pikiran-pikiran para filosof, mengetahui berbagai aliran dalam filsafat dan memahami sejarahnya. Itu semua hanyalah awal mempelajari filsafat. Yang paling utama adalah bagaimana menjadikan filsafat sebagai metode barpikir, sebagai alat utama dalam menggali hakikat dan seluk beluk kebenaran suatau pengetahuan. Menambah ketajaman berpikir logis, sistematis, kontemplatif, dan radikal. Dengan demikian, problem dalam filsafat ilmu dalam kaitannya dengan ketajaman logika dengan mudah dapat diketahui.
Melalui berbagai pernyataan dan ilustrasi yang merangsang otak untuk memahami dengan cepat. Kebingungan memahami penyataan atau ilustrasi, paling tidak, dapat dikatakan sebagai indicator “lemahnya logika”.
Kebenaran itu hanyalah menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara, tekhnik, serta hokum-hukum yang perlu diikuti. Semuanya dirumuskan oleh hokum-hukum berpikir, yakni logika. Setiap kebenaran formal  harus bergandengan dengan kebenaran materiil, sebgaimana bentuk dengan isinya. Kebenaran logis tertuang dalam kata-kata, kalimat demi kalimat dan pembuktian. Pembuktian merupakan penyimpulan yang sebenarnya merupakan pokok yang utama dan terpenting dalam logika formal. Oleh karena itu, logika logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat.


Problem Rasio dalam Filsafat
Rasio artinya akal pikiran, rasio merupakan salah satu sumber pengetahuan yang kedudukannya sangat penting dalam melegitimasi keberadaan pengetahuan. Para filosof muslim lebih banyak mengatakannya sebagai akal yang memiliki tingkatan-tingkatan. Ada rasio tertinggi dan rasio terendah. Rasio merupakan harta paling utama bagi manusia karena ciri manusia adalah berpikir, artinya memiliki rasio dan memafaatkan untuk memikirkan segala sesuatu.
Problem kedua dari filsafat ilmu adalah rasio, karena rasio terus menerus membutuhkan pengembangan dengan berbagai pelatihan berpikir. Apabila rasio kurang dirangsang oleh masalah-masalah dalam kehidupan, ia akan tunduk pada kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, allah sering menyendir manusia dengan pertanyaan, “apakah kalian tidak berpikir ?, apakah kalian tidak berakal ?” pertanyaan yang aneh. Maksud ‘tidak berakal’ itu apa ? apakah ada manusia yang di dalam batok kepalanya tidak ada akalnya, tentu saja ada. Itu artinya hanya ada otak di dalam batok kepalanya, tetapi otaknya tidak fungsional sehingga tidak memiliki karsa untuk berpikir.
Problem pertama dari rasio adalah terjadinya pencemaran rasio itu sendiri. Coba perhatikan, mana yang lebih dominan rasio atau kesepakatan dan keyakinan. Diperlukan kebijaksanaan untuk merasionalisasi  kesepakatan dan keyakinan, sehingga tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dan menyimpulkan. Emua yang memiliki rasio memiliki hak yang sama agar tidak tersinggung oleh pernyataan allah bahwa “kita tidak berakal”.
Masalah berikutnya dalam rasio adalah kebebasannya yang terjebak oleh potensi absolut yang meyakini bahwa semua pengetahuan berasal dari rasio. Padahal pengetahuan yang paling rasional adalah ketika manusia masih polos dan belum mengerti apa-apa. Tidak ada beban masalah dalam hidup. Sebagai anak yang baru lahir, anak yang massih belum dewasa, adalah manusia yang paling rasional, karena baginya pengetahuan apa yang dilihatnya, dirasakannya, didengarnya ataupun yang ditirunya. Protes rasio hanya akan berakibat meragukan keyakinan yang telah dibangun sejak manusia dilahirkan. Kini….siapa yang mampu menahan kehendak rasio untuk tampil bebas menggugat kesepakatan-kesepakatan politik dan keyakinan-keyakinan irasional..? kesepakatan terhadap kebebasan berpikir dan berpendapat bukan hanya konstitusional, tetapi sudah menjadi fitrah bagi rasio sehingga setiap orang memilki hak yang sama untuk mengatakan ilustrasi itu irasional. Hal ini karena tidak semua yang irasional tidak logis, hanya yang irasional perlu mengeluarkan argument-argumen yang logis.
Rasio memiliki masalah dengan pengalaman. Kinerja rasio yang tidak dibantu oleh pengalaman biasanya akan mendatangkan kesulitan dalam menarik kesimpulan yang ilmiah. Akan tetapi, meskipun tanpa bantuan pengalaman, rasio memiliki kemampuan menarik kesimpulan yang logis, artinya, kesimpulan yang dibentuk oleh pengertian dan keputusan yang tepat dan akurat.
Ketajaman rasio dipengaruhi pula oleh kedalaman pengetahuan seseorang. Pendidikan dan pengalaman cukup signifikan dalam menentukan ketajaman rasio manusia. Dalam sebuah ilustrasi banyak yang irasional menjadi rasional. Jika sepuluh orang sedang berjudi, sepuluh orang tersebut mempunyai keinginan yang sama, yaitu “kemenangan”. Statistik model apa yang membenarkan keinginan para penjudi itu…? Jika semua menang maka siapa yang kalah…? Kemenangan baru ada jika ada kekalahan. Sebaliknya, kekalahan adalah lawan dari kemenangan. Akan tetapi, jika yang rasional sulit ditempuh, tempuhlah jalan yang irasional, karena jalan itulah yang paling rasional. Kadang-kadang, kegilaaa merupakan cara kerja rasio yang maksimal. Oleh karena itu, bukan hal yang ajaib apabila pengaruh internal dan eksternal akan mengubah idealism rasio. Artinya, dapat dikatakan bahwa problem epistemologis dalam filsafat adalah pandangan bahwa sumber pengetahuan itu adalah rasio yang terbebas dari pengaruh-pengaruh tersebut.

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 comments:

 

Copyright @ 2013 Edi.my.id.