Tuesday 30 December 2014

Jamaah Tabligh


Sumber : google.com
Jamaah Tabligh tentu bukan nama yang asing lagi bagi masyarakat kita, terlebih bagi mereka yang menggeluti dunia dakwah. Dengan menghindari ilmu-ilmu fiqh dan aqidah yang sering dituding sebagai 'biang pemecah belah umat', membuat dakwah mereka sangat populer dan Jamaah Tabligh didirikan oleh seorang sufi dari tarekat Jisytiyyah yang berakidah Maturidiyyah dan bermadzhab fiqih Hanafi. Ia bernama Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian Ad- Dihlawi.
Asas dan Landasan Jamaah Tabligh
Sifat Pertama: Merealisasikan Kalimat Thayyibah Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah 
Sifat Kedua: Shalat dengan Penuh Kekhusyukan dan Rendah Diri

Sifat ketiga: Keilmuan yang Ditopang dengan Dzikir


Sifat Keempat: Menghormati Setiap Muslim 
Sifat Kelima: Memperbaiki Niat 
Sifat Keenam: Dakwah dan Khuruj di Jalan Allah subhanahu wata'ala
1.                  Tujuan Didirikannya Jamaah Tabligh 
Tujuan didirikannya harakah ini tidak lain adalah dalam rangka untuk meningkatkan keimanan manusia karena adanya dorongan karena telah melihat begitu banyak kemunkaran ketika itu Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Meiwat (suku suku yang tinggal dekat new delhi India) sangat jauh dari islam berbaur dengan orangorang majusi yang menyembah para dewa dewa atau berhala hindu dan bahkan bernama dengan nama mereka, serta tidak ada lagi keislaman yang tersisa kecuali hany nama dan keturunan kemudian kebodohan yang kian merata karena itu tergeraklah hati Muhammad Ilyas, ia pergi ke syekhnya dan membicarakan ikhwl permasalahan itu. Atas nasehat dan arahan dari syekhnya ia mendirikan gerakan tabligh.
Jamaah ini dibangun di atas empat jenis tarekat sufi : Jistiyah, Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan Naqsyabandiyah. Di atas empat tarekat sufi inilah In’amul Hasan membaiat para pengikutnya yang telah dianggap pantas untuk dibaiat.

2.                  Kitab Rujukan Jamaah Tabligh
Syaikh Tuwaijiri berkata : “Kitab yang paling top di kalangan tabligh adalah kitab Tablighin Nishshab yang dikarang oleh salah seorang tokoh mereka yang bernama Muhammad Zakaria Al Kandahlawi. Mereka sangat mengagungkan kitab ini sebagaimana Ahlus Sunnah wal Jamaah mengagungkan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta kitab hadits lain.

BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Jamaah Tabligh tentu bukan nama yang asing lagi bagi masyarakat kita, terlebih bagi mereka yang menggeluti dunia dakwah. Dengan menghindari ilmu-ilmu fiqh dan aqidah yang sering dituding sebagai 'biang pemecah belah umat', membuat dakwah mereka sangat populer dan Jamaah Tabligh didirikan oleh seorang sufi dari tarekat Jisytiyyah yang berakidah Maturidiyyah dan bermadzhab fiqih Hanafi. Ia bernama Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian Ad- Dihlawi. Al-Kandahlawi merupakan nisbat dari Kandahlah, sebuah desa yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi dinisbatkan kepada Dihli (New Delhi), ibukota India. Di tempat dan negara inilah, markas gerakan Jamaah Tabligh berada. Adapun Ad-Diyubandi adalah nisbat dari Diyuband, yaitu madrasah terbesar bagi penganut madzhab Hanafi di semenanjung India. Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada tarekat Al-Jisytiyah, yang didirikan oleh Mu’inuddin Al-Jisyti.
Muhammad Ilyas sendiri dilahirkan pada tahun 1303 H dengan nama asli Akhtar Ilyas. Ia meninggal pada tanggal 11 Rajab 1363 H.[1]
Asy-Syaikh Saifurrahman bin Ahmad Ad-Dihlawi mengatakan, ”Ketika Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Meiwat (suku-suku yang tinggal di dekat Delhi, India) jauh dari ajaran Islam, berbaur dengan orang-orang Majusi para penyembah berhala Hindu, bahkan bernama dengan nama-nama mereka, serta tidak ada lagi keislaman yang tersisa kecuali hanya nama dan keturunan, kemudian kebodohan yang kian merata, tergeraklah hati Muhammad Ilyas. Pergilah ia ke Syaikhnya dan Syaikh tarekatnya, seperti Rasyid Ahmad Al-Kanhuhi dan Asyraf Ali At-Tahanawi untuk membicarakan permasalahan ini. Dan ia pun akhirnya mendirikan gerakan tabligh di India, atas perintah dan arahan dari para syaikhnya tersebut.” (Nazhrah 'Abirah I’tibariyyah Haulal Jama'ah At-Tablighiyyah.[2]
Merupakan suatu hal yang ma’ruf di kalangan tablighiyyin (para pengikut jamah tabligh,) bahwasanya Muhammad Ilyas mendapatkan tugas dakwah tabligh ini setelah kepergiannya ke makan Rasulullah.[3]
BAB 1
PEMBAHASAN
3.                  Asas dan Landasan Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh mempunyai suatu asas dan landasan yang sangat teguh mereka pegang, bahkan cenderung berlebihan. Asas dan landasan ini mereka sebut dengan al-ushulus sittah (enam landasan pokok) atau ash-shifatus sittah (sifat yang enam), dengan rincian sebagai berikut:
Ø  Sifat Pertama: Merealisasikan Kalimat Thayyibah Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah
Mereka menafsirkan makna Laa Ilaha Illallah dengan: “mengeluarkan keyakinan yang rusak tentang sesuatu dari hati kita dan memasukkan keyakinan yang benar tentang dzat Allah, bahwasanya Dialah Sang Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha Mendatangkan Mudharat dan Manfaat, Maha Memuliakan dan Menghinakan, Maha Menghidupkan dan Mematikan”. Kebanyakan pembicaraan mereka tentang tauhid, hanya berkisar pada tauhid rububiyyah semata.[4]
Adapun makna merealisasikannya adalah merealisasikan tiga jenis tauhid; al- uluhiyyah, ar-rububiyyah, dan al-asma wash shifat[5]

Dan juga sebagaimana dikatakan Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan: “Merealisasikan tauhid artinya membersihkan dan memurnikan tauhid (dengan tiga jenisnya, pen) dari kesyirikan, bid’ah, dan kemaksiatan.” (Fathul Majid, hal. 75)
Ø  Sifat Kedua: Shalat dengan Penuh Kekhusyukan dan Rendah Diri
Asy-Syaikh Hasan Janahi berkata: “Demikianlah perhatian mereka kepada shalat dan kekhusyukannya. Akan tetapi, di sisi lain mereka sangat buta tentang rukun-rukun shalat, kewajiban-kewajibannya, sunnah-sunnahnya, hukum sujud sahwi, dan perkara fiqih lainnya yang berhubungan dengan shalat dan thaharah. Seorang tablighi (pengikut Jamaah Tabligh, red) tidaklah mengetahui hal-hal tersebut kecuali hanya segelintir dari mereka.”
Ø  Sifat ketiga: Keilmuan yang Ditopang dengan Dzikir
Mereka membagi ilmu menjadi dua bagian. Yakni ilmu masail dan ilmu fadhail. Ilmu masail, menurut mereka, adalah ilmu yang dipelajari di negeri masing-masing. Sedangkan ilmu fadhail adalah ilmu yang dipelajari pada ritus khuruj (lihat penjelasan di bawah, red) dan pada majlis-majlis tabligh. Jadi, yang mereka maksudkan dengan ilmu adalah sebagian dari fadhail amal (amalan-amalan utama, pen) serta dasar-dasar pedoman Jamaah (secara umum), seperti sifat yang enam dan yang sejenisnya, dan hampir-hampir tidak ada lagi selain itu.
Ø  Sifat Keempat: Menghormati Setiap Muslim
Sesungguhnya Jamaah Tabligh tidak mempunyai batasan-batasan tertentu dalam merealisasikan sifat keempat ini, khususnya dalam masalah al-wala (kecintaan) dan al-bara (kebencian). Demikian pula perilaku mereka yang bertentangan dengan kandungan sifat keempat ini di mana mereka memusuhi orang-orang yang menasehati mereka atau yang berpisah dari mereka dikarenakan beda pemahaman, walaupun orang tersebut 'alim rabbani. Memang, hal ini tidak terjadi pada semua tablighiyyin, tapi inilah yang disorot oleh kebanyakan orang tentang mereka.[6]
Ø  Sifat Kelima: Memperbaiki Niat
Tidak diragukan lagi bahwasanya memperbaiki niat termasuk pokok agama dan keikhlasan adalah porosnya. Akan tetapi semuanya membutuhkan ilmu. Dikarenakan Jamaah Tabligh adalah orang-orang yang minim ilmu agama, maka banyak pula kesalahan mereka dalam merealisasikan sifat kelima ini. Oleh karenanya engkau dapati mereka biasa shalat di masjid-masjid yang dibangun di atas kuburan[7]. (Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal.
Ø  Sifat Keenam: Dakwah dan Khuruj di Jalan Allah subhanahu wata'ala
Cara merealisasikannya adalah dengan menempuh khuruj (keluar untuk berdakwah, pen) bersama Jamaah Tabligh, empat bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu. Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain. Hadir pada dua majelis ta’lim setiap hari, majelis ta’lim pertama diadakan di masjid sedangkan yang kedua diadakan di rumah. Meluangkan waktu 2,5 jam setiap hari untuk menjenguk orang sakit, mengunjungi para sesepuh dan bersilaturahmi, membaca satu juz Al Qur’an setiap hari, memelihara dzikir-dzikir pagi dan sore, membantu para jamaah yang khuruj, serta i’tikaf pada setiap malam Jum’at di markas. Dan sebelum melakukan khuruj, mereka selalu diberi hadiah-hadiah berupa konsep berdakwah (ala mereka, pen) yang disampaikan oleh salah seorang anggota jamaah yang berpengalaman dalam hal khuruj.
Asy-Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan berkata: “Khuruj di jalan Allah adalah khuruj untuk berperang. Adapun apa yang sekarang ini mereka (Jamaah Tabligh, pen) sebut dengan khuruj maka ini bid’ah. Belum pernah ada (contoh) dari salaf tentang keluarnya seseorang untuk berdakwah di jalan Allah yang harus dibatasi dengan hari-hari tertentu. Bahkan hendaknya berdakwah sesuai dengan kemampuannya tanpa dibatasi dengan jamaah tertentu, atau dibatasi 40 hari, atau lebih sedikit atau lebih banyak.
Asy-Syaikh Abdurrazzaq 'Afifi berkata: “Khuruj mereka ini bukanlah di jalan Allah, tetapi di jalan Muhammad Ilyas. Mereka tidaklah berdakwah kepada Al Qur’an dan As Sunnah, akan tetapi berdakwah kepada (pemahaman) Muhammad Ilyas, syaikh mereka yang ada di Banglades (maksudnya India, pen).[8]

4.                  Tujuan Didirikannya Jamaah Tabligh
Tujuan didirikannya harakah ini tidak lain adalah dalam rangka untuk meningkatkan keimanan manusia karena adanya dorongan karena telah melihat begitu banyak kemunkaran ketika itu Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Meiwat (suku suku yang tinggal dekat new delhi India) sangat jauh dari islam berbaur dengan orangorang majusi yang menyembah para dewa dewa atau berhala hindu dan bahkan bernama dengan nama mereka, serta tidak ada lagi keislaman yang tersisa kecuali hany nama dan keturunan kemudian kebodohan yang kian merata karena itu tergeraklah hati Muhammad Ilyas, ia pergi ke syekhnya dan membicarakan ikhwl permasalahan itu. Atas nasehat dan arahan dari syekhnya ia mendirikan gerakan tabligh.
5.                  Sesatkah Gerakan Jamaah Tabligh
Firqah ini berdiri di India melalui usaha Muhammad Ilyas Al Kandahlawi, seorang penganut tarikat sufiyah Naqsyabandiyah yang salah satu pemahaman yang amat bahaya ialah apa yang dinamakan Wihdatul Wujud, yaitu keyakinan bahwa Allah menyatu dengan hambaNya yang dicintaiNya bila hamba tersebut telah mencapai tingkatan kewalian tertentu.

Kemudian menyebar di India, Pakistan hingga menembus negeri-negeri Arab dan di sana berdiri markas-markas mereka dan muncul para da’inya. Dan juga menembus negeri-negeri non Islam. Pusat kepemimpinannya ada di kampung Nizamuddin di kota Delhi. Dan dari sana juga bersumber segala perintah dan maklumat kelompok ini.

Tidak diragukan lagi bahwa jamaah tabligh adalah suatu kelompok dakwah yang telah menyebar kemana-mana. Tapi sebenarnya bagaimana jamaah ini bila dilihat dengan kacamata ajaran Islam. Kalau kita menengok sejarahnya, jamaah ini dirintis oleh Muhammad Ilyas Ad Diobandi Al Jisti Al Kandahlawi kemudian Ad Dahlawi. Dia adalah pendiri jamaah tabligh di India. Dia pula yang merancang dan merumuskan ushulus sittah (enam dasar) ajaran jamaah tabligh. Ini dengan isyarat gurunya, Rasyid Ahmad Kankuhi Ad Diobandi Al Jisti An Naqsyabandi dan Asyraf Ali At Tanuhi Ad Diobandi Al Jisti.[9]

Kemudian dilanjutkan gerakan ini oleh anaknya, Yusuf. Dan pimpinan mereka sekarang adalah In’amul Hasan.[10]

Jamaah ini dibangun di atas empat jenis tarekat sufi : Jistiyah, Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan Naqsyabandiyah. Di atas empat tarekat sufi inilah In’amul Hasan membaiat para pengikutnya yang telah dianggap pantas untuk dibaiat.

Dari sini telah nampak jamaah tabligh tidaklah mendasarkan pemahamannya kepada pemahaman Salaf As Shalih sebagai dasar pemahamannya pasti sesat. Dan berikut ini kita akan mendapatkan bukti nyata kesesatan mereka. Penampilan zuhud jamaah tabligh telah menipu sebagian besar kaum Muslimin sehingga ketika ada orang yang menyatakan bahwa mereka adalah kelompok yang sesat tiba-tiba terkejut sambil berkata : “Apakah orang-orang yang zuhud seperti itu sesat dan salah.!” Rupanya, orang-orang seperti ini tidak paham pokok dan dasar Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam menilai sesat atau tidaknya suatu kelompok tertentu. Mereka mengukur baik dan buruk hanya dari segi penampilan luar tanpa melihat bagaimana keadaan dalamnya.
6.                  Kitab Rujukan Jamaah Tabligh
Syaikh Tuwaijiri berkata : “Kitab yang paling top di kalangan tabligh adalah kitab Tablighin Nishshab yang dikarang oleh salah seorang tokoh mereka yang bernama Muhammad Zakaria Al Kandahlawi. Mereka sangat mengagungkan kitab ini sebagaimana Ahlus Sunnah wal Jamaah mengagungkan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta kitab hadits lain.

Para tablighi (orang tabligh) menjadikan kitab ini sebagai rujukan dan pegangan bagi orang India dan Ajam yang mengikuti mereka. Di dalam kitab ini (Tablighin Nishshab) berisi kesyirikan-kesyirikan, bid’ah-bid’ah, khurafat-khurafat, dan hadits- hadits yang palsu dan lemah yang banyak sekali. Kitab ini sebenarnya adalah kitab yang jelek dan jahat serta sarat dengan fitnah dan kesesatan. Orang-orang tabligh menjadikannya sebagai rujukan untuk menyebarkan kebid’ahan-kebid’ahan dan kesesatan mereka, melariskannya, dan memperindahnya kepada orang-orang yang bodoh yang mereka (orang-orang tabligh -red) lebih sesat dari binatang ternak

Dan termasuk juga yang mereka perindah adalah dengan mewajibkan ziarah ke kubur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam setelah haji. Padahal dalam perkara itu hanya bersandar dengan hadits-hadits yang palsu. Dan orang tabligh memiliki kitab lain yang mereka jadikan sebagai pegangan dan rujukan para pengikut mereka dari kalangan Ajam, India, dan selainnya yaitu kitab yang bernama Hayatush Shahabah karya Muhammad Yusuf Al Kandahlawi. Kitab ini juga sarat dengan hadits-hadits yang palsu dan lemah. Dan ini termasuk kitab yang jahat, sesat, dan berisi fitnah.”[11]


7.                  Persamaan Dan Perbedaan Dengan Ormas Lain
A.    Persamaan.
Adapun persamaan gerakan Jamaah Tabligh dengan oramas lain seperti Hidayatullah adalah sama sama ingin menegakkan islam dimuka bumi ini dengan tujuan yakni mendapat Ridho Allah dan tujuan didirikannya Jamaah Tabligh adalah perbaikan mental umat muslim yang pada masa itu mengalami penurunan.

B.     Perbedaan.
Adapun perbedaan itu terletak pada konsep berdirinya sebuah gerakan itu yakni mereka menggunakan beberapa landasan tertentuJamaah Tabligh mempunyai suatu asas dan landasan yang sangat teguh mereka pegang, bahkan cenderung berlebihan. Asas dan landasan ini mereka sebut dengan al-ushulus sittah (enam landasan pokok) atau ash-shifatus sittah (sifat yang enam).

Adapun dengan Hidayatullah berlandaskan atsa SNW (Systemmatika Nuzulnya Wahyu) ayak dimuali dengan Surah Al-Alaq: 1-5 sebagai konsep dasar dan dan disusul dengan surah lain seperti Al-Qolam, Al-Muzammil, Al-Mudatsir, dan yang terakhir adalah Al-Fatihah. Dengan tujuan membangun miniature miniature peradaban islam.
BAB III
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, kita telah dapat membuktikan bahwa keluasan tatanan keilmuan dalam islam sehingga menghasilkan bergitu banyak Grakan Islam lebih khususnya melahirkan sebuah gerakan yang dinamakan Jamaah Tabligh yang pada dasrnya gerakan ini diilhami oleh sebuah realita umat islam pada masa itu yang banya belum mengenal agamanya walaupun sudah berislam berpuluh puluh tahun.
            Khususnya pada masa itu islam berkembang pesat pada saat Jamaah Tabligh berdiri Jamaah Tabligh sangat terkenal dengan dakwah mereka yang langsung terjun kepada masyarakat dan akhirnya dengan mudah mereka menyentuh hati para masyarakat. Sehingga gerakan ini cepat tersebar di seluruh penjuru dunia.
 
Daftar Pustaka

  1.   Aqwal Ulama As Sunnah fi Jama’atit Tabligh, hal. 6
  2.  At Tuwaijiri Syaikh Hamud Al Qaulul Baligh fit Tahdzir min Jama’atit Tabligh hal: 24
  3. Abu Ibrahim Ibnu Sulthan Al-'Adnani Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha, hal. 10).
  4. Yusuf Muhammad Sawanih ,Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal; 2
  5. Thaliburrahman Sayyid, kitab Jama'atut Tabligh Aqa’iduha Wa Ta’rifuha, hal. 19



[1]Sawanih Muhammad Yusuf ,Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal; 2
[2] Sayyid Thaliburrahman, kitab Jama'atut Tabligh Aqa’iduha Wa Ta’rifuha, hal. 19
[3] Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal:3
[4] Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 4
[5] Abu Ibrahim Ibnu Sulthan Al-'Adnani (Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha) , hal. 10).
[6] Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal.8
[7] Ibid hal,9
[8]Aqwal Ulama As Sunnah fi Jama’atit Tabligh, hal. 6

[9] Al Qaulul Baligh fit Tahdzir min Jama’atit Tabligh oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri halaman 24
[10] Ibid hal 25
[11] Lihat Al Qaulul Baligh halaman 11-12

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
 

Copyright @ 2013 Edi.my.id.