Friday 11 April 2014

Peran Pemuda dalam Tradisi Ilmu

Dalam sebuah syair lagu Bang H. Rhoma Irama dikatakan bahwa “Masa muda adalah masa yang berapi-api”, begitulah bunyinya. Adapun Dr. Yusuf Qardhawi mengibaratkan, “Usia muda bagaikan matahari ketika tepat puku 12.00 yang bersinar sangat terang dan panas”. Tidak hanya kekuatan namun semangat membara dari seorang pemuda. Maka jangan heran jika pemuda sering menjadi tumpuan dalam setiap perubahan bagi suatu bangsa. 


Kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa, tidak cukup jika hanya didasari dengan kekuatan dan semangat yang menyala nyala dari para pemuda. Perlu penempatan yang jelas dimana kekuatan dan semangat itu disalurkan. Tentu bukan untuk menurutkan hawa nafsu pemuda yang menggebu gebu.


Namun bagaimana semua itu dapat digunakan membangun tradisi ilmu.  Mengapa tradisi ilmu? Kita bisa lihat sejarah masa keemasan yang tertuang dalam tintah emas, hal itu pasti diawali dengan kebangkitan tradisi ilmu, tentu tradisi ilmu yang baik.

Kejayaan umat islam terlahir karena Rosulullah mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya tradisi ilmu. Rosulullah telah merubah kebiasaan Bangsa Arab yang kerap menggunakan budaya lisan dengan budaya menulis. Adapun para sahabat Rosulullah bukan hanya di suruh mengahafl tapi juga menuliskan setiap wahyu Allah yang turun.

Mengenai kebangkitan bangsa Eropa pada saat itu, diawali dengan lahirnya zaman renaisanance. Merubah kehidupan bangsa eropa yang percaya kepada tahayul, Menjadi bangsa yang percaya akan ilmu pengetahuan.

Keutamaan Ilmu

Apa keutamaan ilmu? Imam Al-Ghazali mengatakan, “Pada dasarnya semua manusia itu mati, kecuali orang yang berilmu. Dan adapun orang yang berilmu hakekatnya tertidur, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmuanya sesungguhnya tertipu, kecuali orang yang ikhlas dalam mengamalkan ilmuanya”. Berilmunya seseorang tentu harus didasari dan dilakukan semata mata karna Allah SWT.

Al-Qur’an sangat jelas menerangkan bahwa manusia yang berilmu memiliki derajat lebih tinggi dari orang yang tidak berilmu. Dalam surah Az-Zumar Di Allah SWT berfirman, (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

Bahkan dalam sebuah atsar di katakan iblis, lebih takut kepada orang Alim (berilmu) yang sedang tidur dari pada orang yang bodoh yang sedang ibadah/Abid (ahli ibadah).

Imam Syafi’I pernah berkata, “Demi Allah hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa, jika kedua hal itu tidak ada pada diri seorang pemuda maka tidak bisa disebut sebagai seorang pemuda”. Dari perkataan ini Imam As-Syafi’I bermaksud untuk menyampaikan, bahwa seorang pemuda harus memiliki ilmu yang membuat dirinya semakin Bertaqwa. Bukan ilmu yang menjadikan ia seorang yang liberal, atau ilmu yang akan menjauhkan dirinya dari agamanya. Sehingga membuat dirinya bingung akan kebenaran.

Tradisi Ilmu Dalam Islam

Tradisi ilmu yang dibangun Islam bukanlah seperti Tradisi ilmu yang di terapkan oleh bangsa barat (Eropa), Jika kita mengkaji lebih dalam tentang keempat Imam Mazhab besar, para cendikiawan  seperti Ibnu Sina, ibnu Rus dan Ibnu Kholdun dal yang lainnya.

Mereka semua, Memulai Tradisi ilmu dengan Mengahafal Al-Qur’an terlebih dahulu. Mereka bukan pribadi yang memisahkan Agama dengan Ilmu keduniaan. Seperti yang telah di katakan Imam Al-Ghazali, “Ilmu itu digunakan untuk mendaki agar kita sampai pada suatu tempat dimana kita akan semakin dekat denga sang maha pencipta".

Tujuan mulia ini, Telah melahirkan Tradisi ilmu yang kuat. Imam As-Syafi’i dalam kurun waktu 16 tahun, Beliau pernah makan sampai kenyang satu kali saja. Yang kemudian hal itu disesalinya. Karena bernampak negative terhadap daya Pikir dan Ibadah. Sedangkan Imam Nawawi, Beliau setiap hari belajar 8 cabang ilmu dari subuh sampai larut malam.

Peran Pemuda

            Pemuda sering dikatakan sebagai Agen perubahan suatu bangsa. Agen perubahan yang kita inginkan, tentu bukan hanya bermodalkan semangat saja. Para pendiri Bangsa kita Indonesia. Mereka adalah orang yang giat dalam mencari ilmu sejak masa mudanya. Seperti Presiden Soekarno dan Natsir, pada masa mudanya mereka kerap sekali melakukan diskusi keilmuan melalui karya tulisnya.

Bung Hatta adalah orang yang sangat menyukai buku. Bung Karno pernah mengirimkan sepucuk surat yang berisikan meminta kepada A. Hasan untuk mengirimkan buku ketempat pengasingan beliau. Ini merupakan bukti bahwa para pendiri Bangsa Indonesia adalah orang yang berilmu.

Sekarang adalah saatnya pemuda bangkit. Untuk membangun perjuangan di atas pondasi yang kokoh. Semangat dan kekuatan yang Allah SWT berikan kepada kita sebagai pemuda, harus kita gunakan untuk membangun tradisi keilmuan.

Tradisi ilmu yang kita bangun. Bukanlah radisi akademik, Yang hanya menilai Siswa/i dari angka. Tetapi tradisi ilmu yang kita bangun, adalah tradisi yang membuat orang semakin mulia dan berpihak kepada kebenaran dengan cara yang benar pula.

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
 

Copyright @ 2013 Edi.my.id.