Dalam sebuah syair lagu Bang
H. Rhoma Irama dikatakan bahwa “Masa muda adalah masa yang berapi-api”,
begitulah bunyinya. Adapun Dr. Yusuf Qardhawi mengibaratkan, “Usia muda
bagaikan matahari ketika tepat puku 12.00 yang bersinar sangat terang
dan panas”. Tidak hanya kekuatan namun semangat membara dari seorang
pemuda. Maka jangan heran jika pemuda sering menjadi tumpuan dalam
setiap perubahan bagi suatu bangsa.
Kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa,
tidak cukup jika hanya didasari dengan kekuatan dan semangat yang menyala nyala
dari para pemuda. Perlu penempatan yang jelas dimana kekuatan dan semangat itu
disalurkan. Tentu bukan untuk menurutkan hawa nafsu pemuda yang menggebu gebu.
Namun bagaimana semua itu dapat
digunakan membangun tradisi ilmu. Mengapa
tradisi ilmu? Kita bisa lihat sejarah masa keemasan yang tertuang dalam tintah
emas, hal itu pasti diawali dengan kebangkitan tradisi ilmu, tentu tradisi ilmu
yang baik.
Kejayaan umat islam terlahir karena
Rosulullah mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya tradisi ilmu.
Rosulullah telah merubah kebiasaan Bangsa Arab yang kerap menggunakan budaya
lisan dengan budaya menulis. Adapun para sahabat Rosulullah bukan hanya di
suruh mengahafl tapi juga menuliskan setiap wahyu Allah yang turun.
Mengenai kebangkitan bangsa Eropa
pada saat itu, diawali dengan lahirnya zaman renaisanance. Merubah kehidupan
bangsa eropa yang percaya kepada tahayul, Menjadi bangsa yang percaya akan ilmu
pengetahuan.
Keutamaan Ilmu
Apa keutamaan ilmu? Imam Al-Ghazali
mengatakan, “Pada dasarnya semua manusia itu mati, kecuali orang yang
berilmu. Dan adapun orang yang berilmu hakekatnya tertidur, kecuali orang yang
mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmuanya sesungguhnya tertipu,
kecuali orang yang ikhlas dalam mengamalkan ilmuanya”. Berilmunya seseorang
tentu harus didasari dan dilakukan semata mata karna Allah SWT.
Al-Qur’an sangat jelas menerangkan
bahwa manusia yang berilmu memiliki derajat lebih tinggi dari orang yang tidak
berilmu. Dalam surah Az-Zumar Di Allah SWT berfirman, ”(apakah
kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
Bahkan dalam sebuah atsar di katakan
iblis, lebih takut kepada orang Alim (berilmu) yang sedang tidur
dari pada orang yang bodoh yang sedang ibadah/Abid (ahli ibadah).
Imam Syafi’I pernah berkata, “Demi
Allah hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa, jika kedua hal itu
tidak ada pada diri seorang pemuda maka tidak bisa disebut sebagai seorang
pemuda”. Dari perkataan ini Imam As-Syafi’I bermaksud untuk
menyampaikan, bahwa seorang pemuda harus memiliki ilmu yang membuat dirinya
semakin Bertaqwa. Bukan ilmu yang menjadikan ia seorang yang liberal, atau ilmu
yang akan menjauhkan dirinya dari agamanya. Sehingga membuat dirinya bingung
akan kebenaran.
Tradisi Ilmu Dalam Islam
Tradisi ilmu yang dibangun Islam
bukanlah seperti Tradisi ilmu yang di terapkan oleh bangsa barat (Eropa), Jika kita
mengkaji lebih dalam tentang keempat Imam Mazhab besar, para cendikiawan seperti Ibnu Sina, ibnu Rus dan Ibnu Kholdun
dal yang lainnya.
Mereka semua, Memulai Tradisi ilmu
dengan Mengahafal Al-Qur’an terlebih dahulu. Mereka bukan pribadi yang memisahkan
Agama dengan Ilmu keduniaan. Seperti yang telah di katakan Imam Al-Ghazali, “Ilmu
itu digunakan untuk mendaki agar kita sampai pada suatu tempat dimana kita akan
semakin dekat denga sang maha pencipta".
Tujuan mulia ini, Telah melahirkan
Tradisi ilmu yang kuat. Imam As-Syafi’i dalam kurun waktu 16 tahun, Beliau pernah makan sampai kenyang satu kali saja. Yang kemudian hal itu disesalinya. Karena bernampak negative terhadap daya Pikir dan Ibadah. Sedangkan Imam Nawawi, Beliau setiap hari belajar 8 cabang ilmu dari subuh sampai larut malam.
Peran Pemuda
Pemuda sering dikatakan sebagai Agen perubahan suatu bangsa. Agen perubahan yang kita inginkan, tentu bukan hanya
bermodalkan semangat saja. Para pendiri Bangsa kita Indonesia. Mereka adalah
orang yang giat dalam mencari ilmu sejak masa mudanya. Seperti Presiden
Soekarno dan Natsir, pada masa mudanya mereka kerap sekali melakukan diskusi
keilmuan melalui karya tulisnya.
Bung Hatta adalah orang yang sangat
menyukai buku. Bung Karno pernah mengirimkan sepucuk surat yang berisikan
meminta kepada A. Hasan untuk mengirimkan buku ketempat pengasingan beliau. Ini
merupakan bukti bahwa para pendiri Bangsa Indonesia adalah orang yang berilmu.
Sekarang adalah saatnya pemuda
bangkit. Untuk membangun perjuangan di atas pondasi yang kokoh. Semangat dan
kekuatan yang Allah SWT berikan kepada kita sebagai pemuda, harus kita gunakan
untuk membangun tradisi keilmuan.
Tradisi ilmu yang kita bangun. Bukanlah radisi akademik, Yang hanya menilai Siswa/i dari angka. Tetapi
tradisi ilmu yang kita bangun, adalah tradisi yang membuat orang semakin mulia
dan berpihak kepada kebenaran dengan cara yang benar pula.